Edisi 1902
—
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan diberi balasan tanpa batas”
(Q.S. Az-Zumar: 10)
- Diantara anugerahterbesar seorang hamba ialah kesabaran
- Semua yang terlahir di dunia ini pasti merasakan kesulitan, kepahitan dan kesempitan dalam hidupkarena kebahagian yang sejati ketika ia telah masuk ke dalam surga
- Sabar memang sulit, tapi bisadilatih dan perlu pengetahuan tentang sabar tersebut
- Ketika sudah mengilmui tentang makna sabardan mengamalkannya, seseorang akan mendapatkan keridhoan dari Allah Ta’ala sehingga mendapatkan pahala yang tanpa batas
- Dan kalau ditanya sampai kapan sabarnya?Sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al-yaqin (kematian)“ (S. Al-Hijr: 99)
—
Banyak masyarakat menilai dan merasakan bahwa kesabaran itu ialah sesuatu yang menjengkelkan hati seseorang tatkala mendapati keadaan yang sulit serta tidak sesuai harapan. Sehingga anggapan mereka ketika berada pada kondisi tersebut, ingin segera keluar dari nya.
Bahkan tidak sedikit masyarakat kita mengalami keadaan hidup yang serba sulit, terlilit hutang, istri tidak sholehah, anak tidak berbakti, kehilangan mata pencarian, ditinggal orang yang dicintai, sampai-sampai dirinya pun mendapatkan keadaan dimana Allah uji dengan sakit. Lalu apa yang mereka lakukan? Mereka semua akan mengatakan kesabaran ada batasnya loh, saya bukan malaikat, saya bukan nabi, saya bukan manusia super dan segala hal-hal yang semisal akan diucapkan.
Karena itulah mereka mengatakan bahwa kesabaran itu tidak ada pada kami. Maka sikap-sikap diatas tidaklah keluar dari beberapa hal, yaitu menganggap dirinya hebat tanpa menggantungkan setiap urusan kepada Allah dan tidak mengetahui hakikat takdir serta kurang dekatnya dengan ajaran agama. Ingatlah, bahwa segala sesuatu itu harus kita sandarkan kepada Allah baik hal yang kecil maupun besar. Untuk itu butuh pengetahuan tentang solusi tersebut, dimana jalan keluar itu tidak dapat diraih kecuali dengan sentuhan agama.
Mencela takdir buruk
Dalam hadis qudsi Allah Ta’ala berfirman, “Anak Adam itu telah menyakiti-Ku (karena) dia suka mencela masa (waktu), dan Aku-lah pencipta (pengatur) waktu itu. Di tangan-Ku lah segala urusan, Aku menggilir siang dan malam”. (H.R. Bukhari: 4826 dan Muslim: 2246)
Imam An-Nawawi rahimahullah pernah menjelaskan tentang hadis di atas bahwa dahulu orang-orang Arab kebiasaan mereka adalah mencela dan menghina waktu. Pada saat itu mereka tertimpa berbagai macam musibah seperti kematian, kepikunan, hilang (rusak)-nya harta dan lain sebagainya sehingga mereka mengucapkan ’Ya khoybah dahr’ (ungkapan mencela waktu) dan ucapan celaan lainnya yang ditujukan kepada waktu. (Soal tanya jawab islamweb no 296855)
Musibah apapun teratasi dengan kesabaran
Diantara anugerah terbesar seorang hamba ialah kesabaran. Bagaimana bisa kesabaran disebut sebagai anugerah? Sebab tidak semua orang memiliki kesabaran. Contohnya para Nabi dan Rasul yang diutus kepada kaumnya. Mereka mendapatkan siksaan bahkan sampai ada yang dibunuh. Namun mereka semua bersabar terhadap upaya-upaya kaumnya untuk mencelakannya.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya),
“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) para rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Tak seorang pun yang dapat mengubah kalimat- kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebagian dari berita rasul-rasul itu.” (Q.S. Al-An’am: 34).
Apa yang terjadi terhadap Nabi dan Rasul diatas adalah anugerah dari Allah Ta’ala kepada mereka. Sehingga buah dari kesabaran tersebut mereka mendapatkan pertolongan Allah dan terbebas dari musibah.
Merasa Kesabaran tidak akan diberikan kepada manusia biasa
Semua yang terlahir di dunia ini pasti merasakan kesulitan, kepahitan dan kesempitan dalam hidup. Seorang mukmin mendapatkan kebahagian yang sejati ketika ia telah masuk ke dalam surga. Karena surgalah tempat yang abadi, tiada kesusahan, tiada kesengsaraan.
Diantara kisah manusia yang mendapatkan ujian yaitu Abu Qilabah. Beliau adalah seorang manusia yang serba kekurangan, kedua tangannya buntung, matanya buta, dan sebatang kara tanpa sanak dan keluarga. Lalu apakah dia mengeluh atau mengatakan dia tidak bisa bersabar karena bukan manusia yang terpilih seperti nabi? Jawabannya adalah tidak. Bahkan dia bersabar. Apa yang dia lakukan? Tidak hentinya beliau mengucapkan “Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah yang melebihkanku diatas banyak ciptaanmu (manusia)” .
Tergambar dalam kisahnya tersebut ada seseorang yang tersesat, dan kemudian terheran-heran ada sosok lelaki yang tua di dalam kemah, dimana keadaanya sangat tidak normal, kedua tangannya buntung, matanya buta, dan tidak ada yang mengurusinya, tetapi malah tetap melantunkan pujian kepada Allah Ta’ala.
Terjadi dialog diantara orang tersebut dan Abu Qilabah, “Apa yang membuat kamu mengucapkan pujian kepada Allah Ta’ala atas banyak kelebihan yang diberikan kepadamu padahal kondisimu serba kekurangan? “ Tanya seseorang tersebut.
Maka singkat cerita Abu Qilabah memberikan nasehat, “Dibalik semua kekuranganku Allah masih memberikan banyak kelebihan? Misalnya Allah masih memberikanku fikiran dan akal yang sehat walaupun fisiku tidak sempurna, sehingga aku mampu berfikir. Kemudian disi lain aku masih bisa mendengar adzan, karena mungkin saja banyak yang tuli disekitarku hingga mengabaikan adzan. Selanjutnya dengan lisan, Aku bisa gunakan untuk berdzikir kepada-Nya, serta dengan menjadi Muslim Aku akan selamat dunia dan akhirat. Maka inilah nikmat yang diberikan kepadaku, sehingga Aku masih bisa bersyukur kepada-Nya.” [Dinukil dari web http://basweidan.com/ Abu Hudzaifah Al Atsary]
Benarlah apa yang telah Allah Ta’ala firmankan (yang artinya),
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi- nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdeka-kan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya bila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah: 177).
Kenapa sabar itu sulit
Sabar memang sulit, tapi bisa dilatih dan perlu pengetahuan tentang sabar tersebut. Mari kita melihat kepada hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang kesabaran.
Dari Abu Malik al-Harits bin ‘Ashim Al-Asyh’ari radhiyalaahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Bersuci itu sebagian dari iman, ucapan alhamdulillah memenuhi timbangan, subhanallah dan alhamdulillah keduanya memenuhi antara langit dan bumi. Shalat itu cahaya, sedekah itu bukti nyata, kesabaran adalah cahaya, sedangkan al-Quran adalah hujjah yang membelamu atau hujjah yang menuntutmu. Setiap manusia berbuat, seakan-akan ia menjual dirinya, ada yang memerdekakan dirinya sendiri ada yang membinasakan dirinya sendiri” (H.R. Muslim: 223)
Dari hadis di atas kita akan mendapati kata sabar dalam hadis tersebut menggunakan kata ضياء yang maknanya ialah cahaya mengeluarkan hawa yang panas. Sedangkan نور maknanya ialah cahaya yang tidak mengeluarkan hawa panas. Maka pantas orang yang menahan kesabaran tersebut seolah-olah menahan cahaya yang mengeluarkan hawa panas dalam dirinya, sehingga orang yang tidak terlatih akan silau dengan cahaya tersebut dan tidak kuat dengan suhunya yang panas. Sedangkan orang yang berlatih akan tahan terhadap panas tersebut.
Buah dari kesabaran
Allah Ta’ala tidak akan menelantarkan seseorang yang berusaha untuk berbuat kebajikan. Dan tentu saja semua itu akan diganjar dengan pahala yang besar dari Allah Ta’ala. Ketika seorang mukmin mampu memenjarakan dirinya dari kesenangan dunia, sahwatnya, hal-hal yang dimakruhkan serta yang diharamkan atasnya, maka dia akan mendapatkan pahala atas kesabarannya.
AllahTa’ala berfirman (yang artinya),
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang diberi balasan tanpa batas” (Q.S. Az-Zumar: 10)
Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah menyampaikan dalam haditsnya,
“Dunia itu penjara bagi setiap mukmin, surga bagi orang kafir” (H.R. Muslim)
Imam An-Nawawi Rahimahulullah Mengatakan makna dari mukmin terpenjara maksudnya seorang mukmin dilarang untuk melakukan perbuatan haram ketika di dunia. Tentu ini adalah beban syariat baginya untuk melakukan ketaatan-ketaatan yang menyulitkannya, sehingga ketika mukmin itu wafat maka dia telah beristirahat dari perkara tersebut.
Kesabaran itu ada tiga macam,
- Sabar dalam ketaatan kepada-Nya
- Sabar untuk tidak melakukan kemaksiatan kepada Allah Ta’ala
- Sabar terhadap musibah dan tidak mengeluh terhadap takdir-Nya
Dengan demikian, ketika sudah mengilmui tentang makna sabar dan mengamalkannya, seseorang akan mendapatkan keridhoan Allah Ta’ala sehingga mendapatkan pahala yang tanpa batas.
Dan kalau ditanya sampai kapan sabarnya ?
Sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya),
“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al-yaqin (kematian)“ (Q.S. Al-Hijr: 99)
Kita berdoa semoga Allah Ta’ala menjadikan kita manusia yang bisa bersabar dalam segala keadaan, sampai datang kepada kita kematian yang khusnul khatimah. Aamiin.
Ditulis : Hendri Abu Abdirrahman Al-idris (Alumni Takhosus Al-Barkah Rodja Cilengsih Kelas Ulumus Syariah Dan Mahad Umar Bin Khatab Yogyakarta)
Dimurajaah : Ustaz Abu Salman, B.I.S.